Minggu, 26 Oktober 2008

Banyak Kenangan Semasa Kecil Hingga Remaja Disini..!!!

Ngawen adalah Ibukota Kecamatan yang merupakan salah satu wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kecamatan Ngawen dulunya merupakan wilayah keraton Surakarta, namun setelah masa kemerdekaan tergabung ke dalam wilayah DIY, alasan mengapa warga Ngawen memilih bergabung dengan Yogyakarta. Karena Jika harus ikut Surakarta, status tanah kami hanya gaduh (hak pakai). Kami memilih punya tanah hak milik yang diakui Yogyakarta. Dan hingga saat ini budaya masih kuat dipengaruhi oleh budaya dari Keraton Surakarta.

Ngawen yang berada sekitar 18 km dari Wonosari. Memiliki Hutan Wisata dan Lindung Wonosadi merupakan hutan yang terletak di lereng perbukitan di Desa Beji Kecamatan Ngawen Hutan yang kaya dengan pohon-pohon langka sampai saat ini masih sangat terjaga kelestariannya.

Serta Gunung Gambar dengan ketinggian 200 mdpl, merupakan obyek wisata spiritual yang berada di Desa Jurangjero Kecamatan Ngawen. Dari puncaknya kita dapat menikmati keindahan Rawa Jombor di Klaten dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Sambar Nyowo selama berperang melawan Belanda. Di tempat ini, beliau duduk di atas batu (Watu Kong) yang sampai sekarang masih terlihat di Gunung Gambar, menyusun strategi untuk melawan Belanda, yang kemudian menjadi penguasa Mangkunegaran Surakarta dengan gelar KGPAA Mangkunegara I.


Kesenian yang menarik di daerah ini adalah kesenian “RINDING GUMBENG” yaitu kesenian dengan menggunakan alat musik dari bambu kecil dan sederhana, namun apabila dimainkan akan muncul suara musik yang bagus, enak didengar dan sangat khas.

Semasa kecil hingga remaja banyak kenangan juga di Hutan Wonosadi dan Gunung Gambar, apalagi jika acara Nyadran, karena dulu setiap acara Nyadran sudah bisa dipastikan ramai dikunjungi orang untuk bisa membasuh muka dari air yang ada di Watu Kong. Yang tepat berada di puncak Gunung dengan posisi menghadap ke Timur. Disebut Watu Kong karena merupakan lekukan berbentuk Bokong (Pantat) dengan posisi orang bersila menghadap ke Timur, dan menurut cerita bahwa itulah posisi bertapa Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa waktu itu. Yang lebih mengasyikkan lagi jika perjalanan dari Gunung Gambar dilanjutkan ke Semilir (perbukitan) dan Hutan Wonosadi, jalan yang berliku dilereng gunung dan lembah ngarai yang begitu indah. Perjalanan itu juga merupakan perjalanan spiritual napak tilas dari perjalanan Pangeran Sambernyawa setelah selesai bertapa kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semilir dan ke Hutan Wonosadi.

Namun saat ini aktifitas seperti itu sudah tidak seperti dulu lagi, sehingga menjadikan Gunung Gambar dan Hutan Wonosadi terbengkalai tidak terawat, sudah seharusnya pihak PEMDA Gunungkidul memperhatikan daerah tersebut.


Tidak ada komentar:

Menjadi Peduli Itu Nikmat

Peduli, satu kata berjuta makna, jika dalam kamus besar Bahasa Indonesia Peduli lebih dimaknai sebagai sebuah arti memperhatikan , walau ...