Jumat, 18 Januari 2008

Cerita Tentang Sebuah Sapu Lidi

Ada sebuah cerita tentang Sapu Lidi, pada sebuah Negara Antah Berantah yang dipimpin oleh seorang Raja Yang Arif dan Bijaksana sebut saja namanya Prabu Arif Wicaksana memiliki tiga orang putra yaitu Pangeran Pembayun, Pangeran Panengah dan Pangeran Bungsu, karena sang raja sudah semakin lanjut usia-nya beliau berkeinginan untuk lengser dari jabatannya. Akan tetapi ada yang mengganjal dalam benaknya melihat sifat dan sikap anak-anaknya, karena ke-tiga putra-nya memiliki sifat yang berbeda-beda dan dianggap kurang pas untuk menggantikannya.

Dimana sifat putra-putra-nya sebagai berikut: Untuk Pangeran Pembayun dan Pangeran Panengah memiliki perawakan yang kuat, gagah, perkasa dan cekatan serta pintar dalam segala hal (baik ilmu pemerintahan ataupun perang) hanya saja kedua putra-nya ini memiliki sifat yang kurang baik dimana dengan kelebihannya itu bertindak semena-mena, arogan, tidak bisa menerima pendapat orang lain. Dan setiap tindakan mengedapankan kekuatan bukan akal-nya. Jika mereka yang menjadi raja kelak Sang Prabu khawatir Negara Antah Berantah akan hancur karena rajanya karena tidak akan memperhatikan rakyat kecil dan tidak akan mendengarkan keluh kesah rakyat-nya.

Dan hal ini bertolak belakang dengan Pangeran Bungsu yang tidak memiliki kelebihan seperti kedua kakaknya, dia berperawakan biasa saja (tidak gagah, kurang cekatan, lemah dan tidak pandai perang atau ilmu pemerintahan); akan tetapi Pangeran Bungsu merupakan putra yang rajin, suka belajar dan selalu mendengarkan semua nasehat dan keluhan yang disampaikan kepadanya dan selalu mengalah dibandingkan dua kakaknya.

Yang menjadi pemikiran dan perenungan Prabu Arif Wicaksana jika beliau nanti meninggal, apa yang akan terjadi dengan ketiga putranya karena saat ini Pangeran Bungsu selalu ditindas dan ditekan oleh kedua kakaknya sedangkan Pangeran Pembayun dan Pangeran Panengah memiliki sifat dan perilaku yang sama, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi perebutan kekuasaan dan akhirnya membawa kehancuran pada Negara Antah Berantah Ini. Selama berbulan-bulan Sang Prabu merenung dan berpikir apa yang harus dilakukan oleh beliau.

Dan pada suatu hari beliau memanggil ketiga putranya untuk menghadap;
^_^Putra-putraku sekalian, kalian tahu Ayahanda sudah mulai tua dan sudah saatnya lengser dari jabatan ini, akan tetapi sebelum akan lengser akan akan mengadakan sayembara siapa yang berhak atas kerajaan ini^_^ ujar sang Prabu pada ketiga putranya.

Sebenarnya pada benak Pangeran Pembayun tidak terima, akan tetapi ia tidak berani menyangkal perintah Ayahandanya. Karen ketiga putranya diam membisu, maka sang Prabu melanjutkan bicaranya

^_^Putra-putraku sekalian, siapa yang bisa mematahkan sapu lidi ini, ia yang berhak atas kerajaan ini^_^ , lanjut sang Prabu, ada kesedihan mendalam dibenak Sang Prabu begitu melihat ketiga anaknya, kelihatan bahwa Pangeran Pembayun dan Pangeran Panengah tersenyum penuh arti, sedangkan Pangeran Bungsu pucat pasi wajahnya, menghadapi kenyataan bahwa tidak ada kesempatan baginya.

Dan sayembara-pun dimulai satu persatu para pengeran itu berusaha mematahkan Sapu Lidi, Pangeran Pembayun dan Pangeran Panengah tidak berhasil mematahkannya walaupun mereka kuat dan perkasan, mulai di dilipat dengan dua tangan, dengan kaki, yang pada akhirnya tiba giliran Pangeran Bungsu untuk mematahkan Sapu Lidi; dan Sang Prabu tersenyum simpul begitu melihat cara Pangeran Bungsu mematahkan Sapu Lidi itu, pertama dilepas ikatan Sapu Lidi dan diambil satu persatu lidi-nya yang kemudian dengan mudah ia patahkan, dan belum sampai terpatahkan semua Sang Prabu menetapkan bahwa pemenangnya adalah Pangeran Bungsu.

Sabda Sang Prabu ^_^Putra-putraku sekalian, paman patih, semua punggawa kerajaan dan rakyat-rakyatku mulai saat ini Raja di Negara Antah Brantah ini adalah si Bungsu^_^ ,

Akan tetapi jawaban Pangeran Bungsu mengejutkan semua orang termasuk Sang Prabu sendiri, yang kurang lebih jawabannya sebagai berikut ^_^Terima kasih Ayahanda atas kepercayaan yang diberikan pada saya, akan tetapi untuk menjabat sebagai Raja yang lebih berhak adalah Kakanda Pangeran Pembayun, dan hampa merasa tidak mampu untuk mengemban amanah ini, maka dengan ikhlas dan kerelaan hati, saya serahkan kepada Kakanda Pembayun untuk menjadi Raja, dan saya sudah puas dengan semua ini, Mohon beribu maaf Ayahanda^_^ ; tanpa terasa Sang Prabu meneteskan air mata mendengar jawaban Pangeran Pembayun, dan kejadian ini menyadarkan Pangeran Pembayun dan Panengah atas tindakannya pada Pangeran Bungsu selama ini yang selalu melecehkan, menghina dan menindasnya yang ternyata Adiknya itu memiliki budi pekerti yang begitu mulia.

Dari cerita tersebut diatas ada beberapa hal yang pantas kita renungkan, antara lain:
  1. Persatuan dan Kesatuan itu akan sulit untuk dihancurkan, akan tetapi jika tercerai berai dengan mudah akan dihancurkan dan dipatahkan;
  2. Jangan menilai seseorang dari fisiknya yang ganteng, tampan, cantik, perkasa atau apalah; karena dalamnya hati seseorang sulit untuk kita ukur;
  3. Kepasrahan dan keikhlasan akan memberikan keberkahan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan demikian maka orang tua memikul tugas dan tanggungjawab yang tidak ringan untuk bisa memberikan pengertian pada anak-anaknya, agar bisa bersikap dewasa dan memaknai hidup ini.

Tidak ada komentar:

Menjadi Peduli Itu Nikmat

Peduli, satu kata berjuta makna, jika dalam kamus besar Bahasa Indonesia Peduli lebih dimaknai sebagai sebuah arti memperhatikan , walau ...