Kamis, 02 Juli 2009

Tayangan Televisi Saat Ini Begitu Jauh Dari Ajaran Kesederhanaan, Moralitas, Nasionalisme dan Realitas Kehidupan


Ketika saya kecil hanya ada satu stasiun televisi yang bisa aku tonton, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), meskipun dengan televisi hitam putih namun aku begitu menikmati setiap acara dan tayangan yang disajikan. Masih teringat dalam benakku ketika hari menjelang petang, berebut untuk segera pulang dari bermain bola ditanah lapang, dengan harapan bisa lekas mandi dan melotitin acara FILM kartun, ada Donald Bebek, Mikey Mouse, Flash Gordon, Deni Manusia Ikan. Begitu beranjak malam berisi tentang perbincangan para pakar dan terkadang diselingi dengan tayangan documenter tentang pengetahuan berbagai hal. Belum lagi ada acara Cerdas Cermat, Cerdas Tangkas, Klompencapir, Kuis Tak Tik Bom, Berpacu Dalam Melodi dan masih banyak lagi tayangan yang mendidik dan memberikan teladan yang baik bagi perkembangan pola pikir anak-anak.


Dari TVRI ini pula pemirsa di manjakan dengan tayangan olah raga berupa Arena dan Juara, Dari Gelanggang ke Gelanggang, belum lagi jika ada siaran langsung Tinju Ellyas Pical, Kejuaraan Bulu Tangkis atau Team Sepakbola Indonesia bertanding. Serasa begitu menghibur dengan kemasan yang manis, Belum lagi suguhan sinetron yang mampu membangkitkan emosi penonton dengan disajikan secara santun dan tetap memperhatikan nilai budaya, mengangkat dan menumbuhkan nasionalisme memberikan tauladan dan pendidikan yang baik.


Ambil contoh seperti Sinetron Jendela Rumah Kita, Serumpun Bambu, Rumah Masa Depan, Sengsara Membawa Nikmat, Siti Nurbaya dan masih banyak yang lainnya lagi. Dari sinetron-sinetron tadi terkandung misi yang jelas ada pembelajaran yang sangat berharga dalam menumbuhkan dan mendoktrin pola pikir apalagi anak-anak. Dari sisi budayapun tidak ketinggalan, untuk tayangan seperti Wayang Kulit, Ketoprak, Wayang Golek, Ludruk, Ria Jenaka ataupun dari budaya lain dari seluruh daerah di Nusantara ini.


Dari para pemain-pun terkesan lebih santun dan bisa memberikan tauladan yang baik dari cara berpakaian maupun tata bahasa dan berbicara. Jika kita bandingkan dengan tayangan televisi saat ini, sudah barang tentu sangat miris kita rasakan bagaimana para artis sekarang kurang bisa memberikan contoh yang baik, padahal mereka adalah public figure yang setiap tindakannya akan dicontoh oleh masyarakat apalagi oleh anak-anak dan remaja negeri ini. Dan sebuah tayangan televisi ternyata bisa jadi satu indikator rusaknya moralitas bangsa. Hal ini bisa terjadi karena tontonan yang disajikan terlalu menjual mimpi, menawarkan kemewahan dan kekayaan dalam sesaat, dimana tema-tema pada sinetron kita hampir semua sama dari satu stasiun televisi satu ke stasiun yang lain. Lebih ironis lagi penikmat tayangan tadi adalah mayoritas dari masyarakat kita yang berada pada ekonomi menengah ke bawah, sehingga tanpa mereka sadari tayangan televisi menggiring pola pikir mereka dalam berperikehidupan sehari-hari untuk bisa mencontoh sosok pujaannya, mulai dari gaya bicara, penampilan malah terkadang gaya hidup.


Jika sudah demikian akan semakin sulit untuk bisa mengembalikan mereka pada realitas kehidupan nyata. Memang ada tayangan rohani pada acara televisi akan tetapi terkadang tayangan seperti ini terjebak pada konsep dan konteks serta gaya yang kurang bisa memberikan telaah dengan bijaksana pada sikap dan perilaku masyarakat kita. Penyaji acara terjebak pada konsep produser dan sutradara, sehingga pesan yang disampaikan tidak menyentuh.


Semoga insan pertelevisian bisa lebih mengerti dan memahami serta memiliki moralitas dalam menentukan program acaranya demi masa depan anak bangsa, amiin..

1 komentar:

Yudishtira mengatakan...

""Rumas Eros"".. siip makasih cuma hadiah belum dapat nihc.. masih nunggu..

Menjadi Peduli Itu Nikmat

Peduli, satu kata berjuta makna, jika dalam kamus besar Bahasa Indonesia Peduli lebih dimaknai sebagai sebuah arti memperhatikan , walau ...